Aceh kembali bergejolak.
Fatahillah313, Aceh - Di tengah suasana duka akibat rentetan musibah yang melanda sejumlah wilayah, sebuah aksi pawai yang semula dimaksudkan untuk menuntut penetapan status bencana nasional justru berujung ricuh.
Ketegangan pecah di ruas jalan Aceh pada Kamis, 25 Desember 2025, ketika aparat TNI membubarkan massa yang membawa atribut bendera bulan bintang, simbol yang sarat sejarah dan sensitivitas politik di Tanah Rencong.
Peristiwa ini bukan sekadar insiden lapangan. Ia membuka kembali luka lama, memperlihatkan rapuhnya batas antara tuntutan kemanusiaan, ekspresi simbolik, dan respon keamanan negara.
Himbauan Menahan Diri di Tengah Duka
Jack Libia menekankan bahwa Aceh saat ini sedang berada dalam suasana duka mendalam.
Di Persimpangan Kemanusiaan dan Keamanan
Insiden ini menempatkan Aceh kembali di persimpangan sulit. Di satu sisi, ada teriakan warga yang menuntut perhatian negara atas penderitaan mereka.
Peristiwa ini bukan sekadar insiden lapangan. Ia membuka kembali luka lama, memperlihatkan rapuhnya batas antara tuntutan kemanusiaan, ekspresi simbolik, dan respon keamanan negara.
Konvoi Solidaritas yang Berubah Arah
Berdasarkan video yang beredar luas dan diunggah akun Instagram Edno Galino, aksi bermula dari konvoi kendaraan, mobil pikap dan sepeda motor, yang bergerak melalui Simpang Kandang, Lhokseumawe, hingga wilayah Aceh Utara.
Berdasarkan video yang beredar luas dan diunggah akun Instagram Edno Galino, aksi bermula dari konvoi kendaraan, mobil pikap dan sepeda motor, yang bergerak melalui Simpang Kandang, Lhokseumawe, hingga wilayah Aceh Utara.
Massa tampak melakukan pawai sambil menyerukan tuntutan agar pemerintah pusat menetapkan status bencana nasional atas musibah yang terjadi di Aceh.
Namun situasi berubah drastis ketika sejumlah peserta aksi menyebarkan dan mengibarkan bendera bergambar bulan bintang, sembari meneriakkan kata “merdeka”.
Namun situasi berubah drastis ketika sejumlah peserta aksi menyebarkan dan mengibarkan bendera bergambar bulan bintang, sembari meneriakkan kata “merdeka”.
Di titik inilah, aksi yang awalnya bernuansa solidaritas mulai memasuki wilayah yang sangat sensitif secara politik dan keamanan.
Aparat Menghadang, Ketegangan Tak Terhindarkan
Respons aparat datang cepat. Pasukan bersenjata laras panjang menghadang rombongan dan meminta bendera tersebut diturunkan.
Respons aparat datang cepat. Pasukan bersenjata laras panjang menghadang rombongan dan meminta bendera tersebut diturunkan.
Permintaan itu tidak sepenuhnya diindahkan.
Ketegangan meningkat, adu sikap terjadi, hingga akhirnya aparat melakukan pembubaran paksa.
Situasi di lapangan berubah kacau. Kejar-kejaran antara aparat dan massa tak terelakkan.
Situasi di lapangan berubah kacau. Kejar-kejaran antara aparat dan massa tak terelakkan.
Dalam kericuhan tersebut, dilaporkan sejumlah relawan mengalami luka-luka, sebuah ironi pahit di tengah misi yang semula diklaim sebagai panggilan kemanusiaan.
Klarifikasi KPA: Bukan Instruksi Resmi
Di tengah derasnya narasi yang beredar, Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat angkat bicara.
Di tengah derasnya narasi yang beredar, Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat angkat bicara.
Juru bicara KPA, Jack Libia, secara tegas menyatakan bahwa tidak pernah ada perintah resmi dari KPA kepada anggotanya untuk mengibarkan bendera bulan bintang pada 25 Desember 2025.
Menurut Jack, ajakan pengibaran bendera tersebut bukan berasal dari struktur resmi KPA, melainkan merupakan propaganda pihak tertentu dari luar Aceh.
Menurut Jack, ajakan pengibaran bendera tersebut bukan berasal dari struktur resmi KPA, melainkan merupakan propaganda pihak tertentu dari luar Aceh.
Ia bahkan secara terbuka menyebut nama TGK Fajri, yang disebut tengah berada di luar negeri, sebagai pihak yang menyebarkan narasi tersebut.
Penegasan ini penting:
Penegasan ini penting:
KPA Pusat menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak mewakili sikap, kebijakan, maupun garis organisasi.
Himbauan Menahan Diri di Tengah Duka
Jack Libia menekankan bahwa Aceh saat ini sedang berada dalam suasana duka mendalam.
Berbagai musibah telah mengguncang masyarakat, dan fokus utama seharusnya tertuju pada solidaritas kemanusiaan, pemulihan, dan perlindungan warga terdampak.
Ia mengingatkan bahwa persoalan bendera bulan bintang adalah bagian dari dinamika sejarah panjang Aceh, yang memiliki waktu dan momentum tersendiri.
Ia mengingatkan bahwa persoalan bendera bulan bintang adalah bagian dari dinamika sejarah panjang Aceh, yang memiliki waktu dan momentum tersendiri.
Mengangkatnya di tengah krisis kemanusiaan, menurutnya, hanya akan memperkeruh suasana dan berpotensi memicu konflik baru.
Kami mengimbau seluruh anggota dan masyarakat Aceh untuk tidak terprovokasi, tetap tenang, dan menahan diri,
tegasnya.
Di Persimpangan Kemanusiaan dan Keamanan
Insiden ini menempatkan Aceh kembali di persimpangan sulit. Di satu sisi, ada teriakan warga yang menuntut perhatian negara atas penderitaan mereka.
Di sisi lain, ada kekhawatiran aparat terhadap simbol-simbol yang dianggap berpotensi mengganggu stabilitas nasional.
Yang menjadi korban, lagi-lagi, adalah masyarakat sipil, termasuk relawan, yang seharusnya dilindungi dalam situasi darurat.
Peristiwa ini menyisakan pertanyaan besar:
(as)
#Aceh #BencanaNasional #RicuhAceh #BulanBintang #SolidaritasKemanusiaan #KPA #Lhokseumawe #AcehBerduka #HakKemanusiaan
Yang menjadi korban, lagi-lagi, adalah masyarakat sipil, termasuk relawan, yang seharusnya dilindungi dalam situasi darurat.
Peristiwa ini menyisakan pertanyaan besar:
mampukah negara dan masyarakat Aceh menemukan ruang dialog yang lebih manusiawi, tanpa kekerasan, tanpa stigma, dan tanpa menghidupkan kembali trauma masa lalu?
(as)
#Aceh #BencanaNasional #RicuhAceh #BulanBintang #SolidaritasKemanusiaan #KPA #Lhokseumawe #AcehBerduka #HakKemanusiaan

