Fatahillah313, Aceh - Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra kembali membuka luka lama tentang tata kelola lingkungan dan mitigasi bencana di Indonesia.
Di tengah kepedihan warga, suara tegas datang dari Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK).
Dengan nada lugas khasnya, JK menyoroti satu faktor krusial yang kerap diabaikan:
kayu-kayu yang memenuhi sungai dan memperparah daya rusak banjir.Potong, angkut, yang bisa dimanfaatkan, manfaatkan!
ujar JK, tegas namun sarat pesan kemanusiaan.
Pernyataan itu bukan sekadar reaksi spontan. Inisiatif ini lahir dari pengalaman panjang JK dalam menghadapi krisis, baik sebagai negarawan maupun sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), lembaga yang kerap berada di garis terdepan saat bencana melanda.
Banjir, Kayu, dan Kerusakan Berlapis
Pernyataan itu bukan sekadar reaksi spontan. Inisiatif ini lahir dari pengalaman panjang JK dalam menghadapi krisis, baik sebagai negarawan maupun sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), lembaga yang kerap berada di garis terdepan saat bencana melanda.
Banjir, Kayu, dan Kerusakan Berlapis
Dalam peninjauan dan dialog lapangan, JK mengungkapkan bahwa banjir kali ini tidak hanya disebabkan curah hujan tinggi, tetapi juga akumulasi kayu yang terbawa arus sungai.
Kayu-kayu tersebut menyumbat aliran, mempercepat luapan, dan menambah daya rusak air.
Ini punya akibat merusak yang banyak. Salah satu sebabnya ialah karena banyak kayu yang masuk ke sungai,
kata JK.
Kayu yang seharusnya masih berada di hutan atau dikelola secara bertanggung jawab, justru berubah menjadi “senjata pasif” saat banjir datang.
Kayu yang seharusnya masih berada di hutan atau dikelola secara bertanggung jawab, justru berubah menjadi “senjata pasif” saat banjir datang.
Rumah-rumah warga terseret, korban jiwa berjatuhan, dan data lapangan menunjukkan angka yang memilukan, belasan meninggal dunia, puluhan terdampak, dan ribuan kehilangan tempat tinggal.
BACA JUGA:
Sungai jadi Jalur Bencana: Banjir Kayu Gelondongan di Keerom dan Nduga dan Teriakan Alam Papua
Aceh Kirim Surat, Langsung direspon PBB, Telaah Kebutuhan Prioritas
Solusi Simple di Tengah Krisis
Sungai jadi Jalur Bencana: Banjir Kayu Gelondongan di Keerom dan Nduga dan Teriakan Alam Papua
Aceh Kirim Surat, Langsung direspon PBB, Telaah Kebutuhan Prioritas
Solusi Simple di Tengah Krisis
Di tengah situasi darurat, JK tidak berhenti pada kritik. Ia menawarkan solusi cepat, realistis, dan bisa segera dieksekusi.
Bagi JK, kayu-kayu tersebut tidak harus selalu diperlakukan sebagai limbah.
Semua ini harus dipisahkan pada tahap ini, bulan ini dan bulan depan. Solusinya: potong, angkut, yang bisa dimanfaatkan, dimanfaatkan, yang tidak bisa dibuang di tempat tertentu.
Bagi JK, kayu-kayu tersebut tidak harus selalu diperlakukan sebagai limbah.
Dengan pendekatan yang tepat, sebagian bisa diolah menjadi material rumah darurat, jembatan sederhana, atau kebutuhan rekonstruksi pascabencana.
Bisa bikin rumah, bisa untuk kebutuhan masyarakat. Harus dimanfaatkan. Tidak semua, tapi yang bisa,
tegasnya.
Pendekatan ini mencerminkan cara berpikir JK yang khas: praktis, efisien, dan berorientasi pada manfaat langsung bagi rakyat.
Perspektif PMI, Kemanusiaan Lebih Dulu
Pendekatan ini mencerminkan cara berpikir JK yang khas: praktis, efisien, dan berorientasi pada manfaat langsung bagi rakyat.
Perspektif PMI, Kemanusiaan Lebih Dulu
Sebagai Ketua Umum PMI, JK memandang bencana bukan sekadar peristiwa alam, tetapi juga ujian solidaritas sosial dan kesiapsiagaan negara.
PMI mencatat bahwa kerusakan rumah dan fasilitas umum akibat banjir diperparah oleh hantaman kayu besar yang terbawa arus deras.
Bagi JK, penanganan kayu bukan hanya urusan teknis, tetapi bagian dari mitigasi bencana berbasis kemanusiaan.
Bagi JK, penanganan kayu bukan hanya urusan teknis, tetapi bagian dari mitigasi bencana berbasis kemanusiaan.
Setiap kayu yang dibersihkan dari sungai berarti mengurangi risiko korban berikutnya.
Setiap kayu yang dimanfaatkan berarti memberi harapan baru bagi warga yang kehilangan segalanya.
Tegas, Humanis, dan Berorientasi Solusi
Tegas, Humanis, dan Berorientasi Solusi
Pernyataan JK mengandung pesan yang lebih luas: bencana tidak boleh ditangani dengan lamban dan birokratis.
Dibutuhkan keputusan cepat, keberanian bertindak, dan keberpihakan pada korban.
Dalam konteks Sumatra hari ini, kayu bukan sekadar kayu. Ia adalah simbol dari kerusakan lingkungan, lemahnya pengawasan, sekaligus peluang untuk pemulihan jika dikelola dengan benar.
Catatan Redaksi
Dalam konteks Sumatra hari ini, kayu bukan sekadar kayu. Ia adalah simbol dari kerusakan lingkungan, lemahnya pengawasan, sekaligus peluang untuk pemulihan jika dikelola dengan benar.
“Supaya masyarakat yang berpengalaman,” kata JK, menutup dengan harapan agar warga dilibatkan, bukan hanya dijadikan objek bantuan.
Catatan Redaksi
Di tengah perubahan iklim dan meningkatnya frekuensi bencana, suara seperti JK menjadi pengingat bahwa penanganan krisis membutuhkan ketegasan sekaligus empati.
Banjir Sumatra memberi pelajaran pahit, namun juga membuka ruang untuk bertindak lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih manusiawi.
(as)
#JusufKalla #BanjirSumatra #MitigasiBencana #PMI #LingkunganHidup #KayuSungai #BencanaAlam #SolidaritasKemanusiaan

