Refleksi Ceramah IB-HRS di Masjid Al Madinah, Karang Tengah, Ciledug – Kota Tangerang
Fatahillah313, Ciledug - Suasana Masjid Al Madinah siang itu terasa berbeda. Jamaah memadati setiap sudut, bukan sekadar untuk menunaikan salat Jumat, tetapi untuk mendengar sebuah seruan yang sejak lama jarang terdengar:
Fatahillah313, Ciledug - Suasana Masjid Al Madinah siang itu terasa berbeda. Jamaah memadati setiap sudut, bukan sekadar untuk menunaikan salat Jumat, tetapi untuk mendengar sebuah seruan yang sejak lama jarang terdengar:
seruan IB-HRS tentang keimanan, akidah, dan tanggung jawab bangsa di tengah bencana.
Dalam safari Jumat dan tabligh akbar yang sekaligus menjadi ajang silaturahmi, Imam Besar Dr. H. Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab menyampaikan ceramah panjang yang tidak hanya menyentuh persoalan ibadah, tetapi juga mengaitkan antara akidah, musibah, kepemimpinan, dan masa depan Indonesia.
“Jangan Bawa-Bawa Agama”, Sebuah Gejala Kehilangan Iman
Salah satu pesan utama yang disorot adalah fenomena yang kini semakin sering terdengar:
Kalau urusan negara, jangan bawa-bawa agama.” Menurut Habib Rizieq, kalimat ini bukan sekadar pendapat netral, melainkan indikasi lemahnya keyakinan terhadap kesempurnaan ajaran Islam.
Islam, tegasnya, bukan hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga etika ekonomi, politik, tata kelola negara, hingga cara menyikapi musibah.
Ketika agama dipinggirkan dari urusan umat, maka sejatinya yang terjadi adalah krisis akidah, bukan sekadar perbedaan pandangan.
Perang yang Paling Berbahaya: "Perang Pemikiran"
Perang yang Paling Berbahaya: "Perang Pemikiran"
Habib Rizieq menegaskan bahwa umat Islam hari ini menghadapi banyak medan perjuangan: ekonomi, kemaksiatan, hingga konflik fisik.
Namun ada satu medan yang paling berbahaya: perang pemikiran (ghazwul fikri).Ia mengurai secara sistematis tahapan virus pemikiran yang menggerogoti iman:
- Relativisme – keyakinan bahwa tidak ada kebenaran mutlak.
- Skeptisisme – keraguan terhadap kebenaran agama.
- Sekularisme – memisahkan agama dari kehidupan publik.
- Ateisme & rasionalisme ekstrem – menolak wahyu dan menjadikan akal sebagai “tuhan”.
Jika virus ini dibiarkan, ujungnya adalah murtadnya akidah, sebuah kekalahan yang jauh lebih berbahaya daripada kemiskinan atau penjara.
Musibah: Sebagai Ujian, Peringatan, dan Azab
Dalam konteks bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Habib Rizieq menolak sikap simplistis yang hanya melihat musibah dari sisi teknis semata.
Ia menegaskan bahwa Islam tidak menafikan sebab rasional seperti hujan, deforestasi, dan kerusakan lingkungan.
Namun Islam juga mengajarkan adanya sebab suprarasional: dosa, maksiat, dan kelalaian manusia terhadap perintah Allah.
Ia membagi musibah menjadi tiga makna:
Karena itu, umat dilarang tergesa-gesa menuding, tetapi wajib melakukan introspeksi.
Kritik Keras terhadap Tata Kelola Bencana
Ia membagi musibah menjadi tiga makna:
- Ujian bagi orang-orang beriman dan saleh, untuk mengangkat derajat mereka.
- Peringatan bagi mereka yang masih bercampur antara kebaikan dan kemaksiatan.
- Azab bagi mereka yang secara terang-terangan menentang Allah dan Rasul-Nya.
Karena itu, umat dilarang tergesa-gesa menuding, tetapi wajib melakukan introspeksi.
Kritik Keras terhadap Tata Kelola Bencana
Dalam bagian ceramah yang paling keras, Habib Rizieq mengkritik lambannya respons negara dan penolakan menetapkan bencana sebagai bencana nasional.
Ia menilai sikap ini justru menghambat masuknya bantuan internasional dan membuka ruang kebohongan birokrasi.
Lebih berbahaya lagi, menurutnya, adalah praktik “laporan asal pimpinan senang”, yang menutupi fakta di lapangan.
Lebih berbahaya lagi, menurutnya, adalah praktik “laporan asal pimpinan senang”, yang menutupi fakta di lapangan.
Akibatnya, korban terabaikan, bantuan tersendat, dan keadilan bagi rakyat kecil kembali dikorbankan.
Solusi dengan Iman, Ilmu, dan Aksi Nyata
Ia mengingatkan: jangan bermain-main dengan Aceh, wilayah yang baru dua dekade menikmati perdamaian. Ketidakadilan dan pengabaian berpotensi melahirkan kembali luka lama bangsa.
Solusi dengan Iman, Ilmu, dan Aksi Nyata
Sebagai penutup, Habib Rizieq mengajak umat untuk:
Ceramah ditutup dengan doa, pembacaan qasidah, serta penggalangan bantuan, menegaskan bahwa iman sejati selalu melahirkan kepedulian sosial.
- Menguatkan iman dan takwa
- Melawan virus pemikiran dengan ngaji dan majelis ilmu
- Membantu korban bencana secara nyata
- Mendoakan pemimpin agar dijauhkan dari pembisik jahat
- Menjadikan agama sebagai cahaya, bukan sekadar simbol
Ceramah ditutup dengan doa, pembacaan qasidah, serta penggalangan bantuan, menegaskan bahwa iman sejati selalu melahirkan kepedulian sosial.
(as)
#CeramahIBHRS #AlarmAkidah #MusibahDanIman #IslamDanNegara #NgajiLawanLiberal #AcehButuhKeadilan

