Fatahillah313, JAKARTA - Politikus PDI-P Guntur Romli menyentil Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak dimiliki oleh keluarga atau elite tertentu. Guntur mempertanyakan apakah Jokowi masih memiliki rasa malu atau tidak ?.
Sebab, pernyataan Jokowi itu dilontarkan di hadapan anaknya sendiri, Kaesang Pangarep, yang menjadi Ketum PSI. "Jokowi bilang PSI tidak dikuasai oleh keluarga, apa dia enggak punya malu?
Menyampaikan hal itu di depan anaknya yang jadi Ketum PSI," ujar Guntur, kepada Kompas.com, Senin (21/7/2025)."Dan Ketua Dewan PSI, Jeffrie Geovanie, menegaskan PSI itu harus ada darah Jokowi atau keluarganya," sambung dia.
Guntur mengatakan, sejak 1 bulan lalu, dirinya sudah tahu bahwa yang menjadi Ketum PSI sudah pasti Kaesang. Dia menilai, Pemilihan Raya yang digelar PSI untuk mencari ketum baru sama seperti sepak bola gajah.
Meski ada 3 kandidat calon Ketum PSI, kata Guntur, pemenangnya sudah diatur, yakni Kaesang. "Tapi, seperti yang saya tegaskan 1 bulan sebelum ini, Ketum PSI itu pasti Kaesang.
Pemilihan Ketum PSI seperti sepak bola gajah, semua sudah diatur, termasuk siapa yang menang dan sudah ditentukan siapa pemenangnya sebelum kompetisi dimulai," imbuh Guntur. Sebelumnya, Jokowi menyebut PSI tidak dimiliki oleh elite maupun keluarga tertentu.
Hal ini lantaran PSI adalah Partai Super Tbk yang menurutnya saham partai ini dimiliki oleh seluruh kader. "Tidak ada kepemilikan elite, tidak ada kepemilikan keluarga apalagi, semua memiliki saham yang sama," kata Jokowi, di Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025).
Hal ini lantaran PSI adalah Partai Super Tbk yang menurutnya saham partai ini dimiliki oleh seluruh kader. "Tidak ada kepemilikan elite, tidak ada kepemilikan keluarga apalagi, semua memiliki saham yang sama," kata Jokowi, di Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025).
Oleh karena itu, Jokowi mengatakan, seluruh kader harus ikut membesarkan PSI. "Dengan ini mestinya seluruh anggota, seluruh kader itu bersama-sama ikut membesarkan partai. Karena memiliki rasa yang sama terhadap kepemilikan partai," ungkap dia.
Sumber : KOMPAS
Sumber : KOMPAS