Jejak perjuangan mereka terbentang dari medan dakwah, medan perang, hingga gelanggang diplomasi. Tanpa kiprah para ulama dan habaib, sejarah Indonesia tidak akan lengkap.
Beberapa tokoh habaib tercatat memberikan sumbangsih besar. Salah satunya Al Habib Syeikh Al Aththas, yang hijrah dari Huraidhah, Yaman, ke Indonesia pada 1920. Beliau berdakwah sambil berniaga untuk menghindari pengawasan Belanda, sekaligus menyemarakkan semangat perjuangan Islam di Tanah Air.
Di Jakarta, ada Habib Ali Kwitang (Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi), ulama besar Betawi pendiri Majelis Taklim Kwitang. Ia dikenal sebagai rujukan umat dan bahkan memberi masukan penting kepada Presiden Soekarno terkait waktu pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Dari Sulawesi Tengah, Habib Idrus Al Jufri (Guru Tua) mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat yang melahirkan banyak tokoh pejuang kemerdekaan. Melalui dakwah dan syair, beliau menanamkan semangat cinta tanah air.
Sementara itu, Habib Husein Mutahhar dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia sekaligus pencipta lagu perjuangan, seperti Hymne Syukur (1945), Mars Hari Merdeka (1946), dan Dirgahayu Indonesiaku. Ia juga penyelamat Sang Saka Merah Putih dan penggagas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (cikal bakal Paskibraka).
Tak kalah penting, Habib Syarif Sultan Abdul Hamid II dari Pontianak menjadi perancang lambang negara Garuda Pancasila. Ia juga hadir dalam Konferensi Meja Bundar yang mengantarkan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Selain itu, tercatat pula nama Habib Ali bin Husein Al-Attas (Bungur, Jakarta) yang mendukung penuh perjuangan kemerdekaan, serta Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, ulama sekaligus sejarawan yang mendokumentasikan perjalanan bangsa dan menanamkan rasa nasionalisme.
Kiprah para habaib ini menjadi bukti nyata bahwa mereka bukan hanya ulama pengajar, melainkan juga pejuang bangsa. Sejarah mencatat, jauh sebelum Indonesia merdeka, habaib telah hadir menanamkan iman, akhlak, ilmu, serta semangat kebangsaan.
“Menghormati habaib berarti juga menghormati sejarah bangsa,” demikian pesan yang diwariskan dari catatan perjuangan kemerdekaan.
(as)