Fatahillah313 - Isu dugaan ijazah Presiden Joko Widodo kembali menjadi sorotan publik. Analisis yang dilakukan oleh Rismon Sianipar bersama timnya mengenai keaslian dokumen akademik Jokowi memicu perdebatan luas. Bahkan, seorang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Jimly Asshidiqie disebut ikut menaruh perhatian serius terhadap hasil kajian tersebut.
Rismon Sianipar, pakar forensik digital, sebelumnya merilis hasil telaah terhadap skripsi dan ijazah Jokowi di kanal YouTube. Ia menegaskan bahwa temuannya bersifat ilmiah dan independen, tanpa tendensi politik tertentu. Meski sempat diperiksa hampir 7 jam oleh Polda Metro Jaya, Rismon tetap pada pendiriannya bahwa hasil analisisnya memiliki dasar metodologis yang kuat.
Dalam diskusi publik, mantan Ketua MK Prof. Jimly Asshidiqie yang disebut dalam video dinilai mempercayai sekaligus memberi penguatan terhadap posisi Rismon dan timnya. Dukungan ini memunculkan persepsi bahwa isu ijazah Jokowi bukan lagi sekadar wacana liar, tetapi sudah masuk ke ranah yang dinilai penting oleh tokoh hukum nasional. Hal ini membuat posisi Jokowi kian disorot, terutama menjelang akhir masa jabatannya.
Proses Hukum yang Berjalan, sementara itu, aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap laporan dugaan pemalsuan ijazah. Polda Metro Jaya menegaskan proses ini berjalan sesuai aturan, termasuk klarifikasi mengenai status video Rismon di media sosial—apakah dapat dikategorikan sebagai produk jurnalistik atau bukan.
Dalam tayangan tersebut, disinggung pula soal solusi atas polemik ijazah Jokowi. Salah satu jalan keluar yang diusulkan adalah membuka forum akademik dan hukum secara transparan, di mana pihak universitas, peneliti independen, dan aparat penegak hukum bisa hadir bersama. Dengan demikian, kebenaran dapat diuji secara terbuka, mengurangi spekulasi politik, dan memberikan kepastian bagi publik.
Kasus dugaan ijazah Jokowi kini bukan hanya isu akademis, tetapi juga telah merambah ke ranah politik dan hukum. Dukungan dari tokoh besar seperti mantan Ketua MK Prof. Jimly Asshidiqie terhadap analisis Rismon memperkuat gaung perdebatan ini. Meski demikian, solusi berupa forum terbuka dan transparan dinilai menjadi jalan tengah terbaik agar polemik tidak berlarut-larut.
(as)