Padahal, sejak awal Islam mengajarkan bahwa kedudukan ulama begitu mulia. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِHadis ini menegaskan bahwa ulama – baik habaib, kiai, ustadz, maupun asatidz – tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi penerus risalah para nabi dalam menjaga akidah, akhlak, dan syariat umat.
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda Radhiyallohu ‘Anhu).
Instruksi Tegas dari Imam Besar HRS
Komando keras disampaikan oleh Habib Rizieq Syihab (HRS). Dalam pesannya, HRS menegaskan bahwa umat harus bersatu untuk melawan siapa saja yang berani mengganggu ulama dan habaib, terlebih mereka yang berusaha membubarkan pengajian.
Pesan ini bukan sekadar reaksi emosional, tetapi alarm peringatan atas gejala kebencian sistematis terhadap habaib dan ulama. Ada kelompok yang terang-terangan menolak bahkan meremehkan jalur nasab keturunan Rasulullah ﷺ, sambil menyebarkan narasi bahwa habaib hanyalah “pendatang dari Yaman” atau sekadar klaim garis keturunan tanpa bukti.
Namun, alih-alih menjadi kritik konstruktif, narasi itu sering dipenuhi kebencian dan penghinaan. Bahkan, sebagian pihak membawa-bawa “tesis akademik” untuk menjustifikasi kebencian, meski validitas jauh dari ilmiah.
Bahaya Kebencian yang Mengalir Menjadi Dosa
Kebencian semacam ini tidak berhenti pada satu orang. Ia menular, menyebar, bahkan diwariskan. Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani – pimpinan Majelis Dzikir Asmaul Husna Bekasi – mengingatkan bahwa dosa kebencian bersifat jariyah: ia terus mengalir setiap kali kebencian itu disebarkan dan ditularkan.
“Orang awam sebaiknya tidak ikut terbawa arus. Tesis buatan manusia bisa keliru, sementara Islam mengajarkan akhlak: adab kepada sesama, terlebih kepada ulama,” tegasnya.Menurutnya, menghormati habaib dan ulama bukan berarti menutup mata terhadap kesalahan, tetapi menempatkan diri dengan adab. Apalagi jika mereka menyerukan amar ma’ruf nahi munkar.
Menghormati Nasab, Menghormati Ilmu
Sejarah mencatat, keberadaan habaib di Indonesia berperan besar dalam penyebaran Islam. Dari para habib inilah lahir banyak tokoh, dari Wali Songo hingga ulama-ulama besar abad modern.
Maka, menghormati habaib bukan sekadar karena darahnya, tetapi karena mereka mewarisi ilmu dan perjuangan Rasulullah ﷺ. Bahkan jika ada kekeliruan, umat tetap dianjurkan untuk tidak menghina, melainkan mendoakan.
“Jika yang kita ikuti benar, alhamdulillah kita ikut menjaga zuriyat Nabi. Jika ternyata salah, kita tetap dapat tiga pahala: pahala mengikuti orang yang menyeru kebenaran, pahala menghormati sesama muslim, dan pahala tidak berprasangka buruk,” jelas Abu Fayadh.
Introspeksi Diri: Jangan Sok Mengadili
Fenomena “ribut soal nasab” sesungguhnya memperlihatkan krisis akhlak di tengah umat. Bagaimana mungkin sesama muslim begitu ringan menghakimi, bahkan menuduh orang lain memalsukan nasab, seakan-akan dirinya sudah memegang kunci surga?
Abu Fayadh menegaskan, introspeksi diri lebih utama daripada sibuk mengoreksi nasab orang lain. Jika terhadap orang kafir saja Islam melarang mencaci, apalagi terhadap muslim, terlebih lagi ulama atau habaib.
Pertanyaannya: "siapa kita hingga berani mengadili?"
Membela Ulama, Membela Marwah Umat
Persoalan nasab seharusnya tidak dijadikan ajang permusuhan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana umat menjaga akhlak, meneladani Rasulullah ﷺ, serta menghormati ulama dan habaib sebagai pewaris ilmu kenabian.
Bagi mereka yang menolak nasab dan bahkan tidak bangga terhadap keturunan keluarganya sendiri, wajar jika publik mempertanyakan konsistensinya. Sebab, menghormati nasab bukan hanya soal darah, melainkan soal identitas, sejarah, dan kesinambungan dakwah Islam.
Sebagaimana seruan klasik para mujahid:
“Isy kariman aw mut syahidan – Hidup mulia atau mati syahid.”
Bekasi, 27 Agustus 2025
Disampaikan oleh:
Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd, Gr حفظه الله تعالى
Majelis Dzikir Asmaul Husna – Duren Jaya, Bekasi Timur
#UlamaPewarisNabi #Habaib #NasabRasulullah #HabibRizieqSyihab #AdabMuslim #MajelisDzikir #IslamNusantara #WarisanIlmu #CintaUlama #BekasiMengaji