Ojol Jadi Korban Aparat?! Geger di Pejompongan, Markas Brimob Digeruduk!

Malam Mencekam di Jantung Ibu Kota

Fatahillah313, Jakarta - Jakarta kembali memanas. Kamis malam, 28 Agustus 2025, suasana sekitar kawasan Pejompongan berubah menjadi arena tegang antara aparat dan massa. Di tengah kericuhan mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah, sebuah peristiwa tragis terjadi: seorang pengemudi ojek online (ojol) menjadi korban tabrakan kendaraan taktis Brimob. Video kejadian itu viral hanya dalam hitungan menit, mengguncang ruang publik dan memantik kemarahan kolektif.

Rekaman yang beredar memperlihatkan jelas tubuh seorang driver ojol dengan jaket hijau tergeletak di aspal. Massa panik, teriakan bersahut-sahutan, sementara mobil Barracuda Brimob yang melintas diserbu warga yang murka.

Identitas Korban dan Luka yang Tak Termaafkan
Korban diketahui berinisial AK, warga Jakarta Barat. Beberapa saksi mata menyebutkan, ia bukan bagian dari demonstran, melainkan sedang melintas mencari penumpang. Namun, nasib berkata lain. Mobil rantis Brimob yang sedang melakukan manuver membubarkan massa justru melindasnya.

Laporan lapangan menyebutkan, AK sempat dilarikan ke RS Pelni dalam kondisi kritis. Namun kabar yang merebak di media sosial lebih getir: AK dinyatakan meninggal dunia. Nama lain juga muncul — Umar — yang disebut ikut menjadi korban dan kini masih dirawat intensif.

Solidaritas sesama pengemudi ojol pun menyala. Grup WhatsApp komunitas driver mendidih, lini masa X (Twitter) dipenuhi tanda pagar #SaveOjol, dan satu seruan bergema: "Keadilan untuk korban!"

Massa Ojol Geruduk Markas Brimob
Tak berhenti di situ. Amarah berubah menjadi aksi nyata. Ratusan driver ojol berjaket hijau bergerak menuju markas Brimob di Kwitang. Pemandangan luar biasa terpampang: lautan ojol mengepung gerbang bercat merah khas Brimob, melambaikan bendera, mengacungkan tangan, dan menuntut pertanggungjawaban.

Bagi mereka, kejadian ini bukan sekadar insiden lalu lintas, melainkan bentuk nyata dari kekerasan aparat yang harus dipertanggungjawabkan.

Ketegangan: Aparat vs Rakyat Sipil
Peristiwa Pejompongan menambah panjang daftar benturan antara aparat dan warga sipil dalam aksi unjuk rasa di ibu kota. Demonstrasi mahasiswa yang sejak siang sudah berlangsung panas di depan DPR, merembet ke Slipi, Palmerah, hingga tol dalam kota. Polisi menembakkan gas air mata, massa melemparkan batu dan molotov, sementara kendaraan taktis menjadi simbol intimidasi di jalan raya.

Namun kali ini, korban bukan hanya mahasiswa. Kehadiran driver ojol sebagai "korban tambahan" memperluas lingkar solidaritas: publik merasa semua orang kini bisa jadi sasaran.

Respons yang Ditunggu: Polisi Bungkam, Publik Gelisah
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait kronologi kecelakaan maupun kondisi terkini korban. Pertanyaan besar menggantung:
    • Apakah tabrakan itu murni kecelakaan atau akibat kelalaian aparat?
    • Adakah prosedur hukum untuk menyelidiki insiden fatal ini?
    • Bagaimana kompensasi dan keadilan bagi keluarga korban?

Kebisuan aparat justru mempertebal kecurigaan publik. Media sosial, komunitas ojol, hingga tokoh-tokoh masyarakat mendesak agar Polri transparan dan bertanggung jawab.

Kronologi Singkat Tragedi Pejompongan
    1. WaktuPeristiwa, 28 Agustus 2025, malam Driver ojol tertabrak kendaraan Brimob di Pejompongan, tubuh korban tergeletak di jalan.
    2. Segera setelah insiden Korban dievakuasi ke RS Pelni. Identitas disebut berinisial AK.
    3. Media sosial panas Kabar simpang siur: AK meninggal, Umar luka berat. Tagar #SaveOjol trending.
    4. Malam itu juga Ratusan driver ojol bergerak ke Markas Brimob Kwitang. Aksi “geruduk” berlangsung.

Saat ini Publik menunggu klarifikasi resmi Polri. Tuntutan keadilan makin deras.

Lebih dari Sekadar Kecelakaan
Dalam kacamata majalah, insiden Pejompongan bukan sekadar tragedi lalu lintas. Ia simbol ketegangan klasik: negara dengan segala instrumen kekuasaannya berhadapan dengan rakyat kecil yang hanya mencari nafkah.

Seorang ojol yang mestinya pulang membawa rezeki justru pulang dengan nyawa melayang. Tragedi ini mengajarkan bahwa dalam konflik sosial, korban tak selalu datang dari barisan demonstran. Mereka bisa siapa saja — pekerja harian, warga sipil, atau bahkan penonton yang kebetulan berada di tempat kejadian.

Gelombang kemarahan belum reda. Markas Brimob baru saja digeruduk, dan kemungkinan besar aksi solidaritas akan berlanjut di jalan-jalan ibu kota. Publik menanti, apakah Polri memilih jalan transparansi atau kembali bungkam di balik tameng kekuasaan.

Satu hal pasti: insiden ojol Pejompongan telah menorehkan luka baru dalam sejarah hubungan rakyat dan aparat di Indonesia.


(as)
#GegerOjol #KorbanAparat #MarkasBrimob #DemoMahasiswa #RicuhDPR #KeadilanUntukOjol #SaveOjol #TolakKekerasan #PolisiVsMassa #JakartaMemanas #Brimob #AksiSolidaritas #KrisisDemokrasi #ReformasiDikorupsi #ViralOjol