Fatahillah313, Jakarta - Beberapa waktu lalu, publik Islam dibuat penasaran oleh pernyataan dan ceramah Rocky Gerung yang dianggap “sangat paham” mengenai keteladanan Nabi Muhammad SAW. Judul video dan kutipan-kutipan di media sosial bahkan menyebut “Subhanallah!” sebagai ekspresi kekaguman atas pemahaman tersebut. Tapi seberapa dalam dan bagaimana konkret pemahaman itu? Artikel ini mencoba menelisik argumentasi Rocky, respons publik, serta implikasi dari wacana “keteladanan Nabi” yang dia bawakan.
Siapa Rocky Gerung & Kenapa Perhatikan Ucapannya Tentang Nabi
Rocky Gerung dikenal sebagai pengamat politik dan filsuf publik yang sering berbicara soal agama, etika, dan politik. Publik terbagi antara yang mengagumi karena dianggap kritis dan reflektif, dan yang skeptis karena beliau bukan dari latar belakang keagamaan tradisional yang biasa mengisi majelis-majelis keagamaan.
Dalam suatu ceramah Maulid Nabi yang diselenggarakan masyarakat Aceh Pidi di Jakarta, Rocky Gerung diundang untuk berbicara mengenai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Argumen dan Poin Pemahamannya
Dari hal diatas, berikut beberapa poin utama yang diangkat Rocky Gerung dalam pembahasannya:
1. Sosiohistoris Nabi Muhammad
Rocky menyebut bahwa dia cukup memahami aspek sejarah sosial (sosiohistoris) mengenai Nabi Muhammad SAW: bagaimana lingkungan dan tantangan pada abad ke-6 di Jazirah Arab membentuk konteks dakwah dan kepemimpinan beliau.
2. Nabi Muhammad sebagai Politikus, Negarawan, dan Pemimpin Dunia
Salah satu sudut yang ditonjolkan Rocky adalah bahwa Nabi Muhammad bukan hanya figur religius/spiritual, tetapi juga diplomat, pengatur masyarakat, pembentuk hukum, dan pemimpin yang konsisten dengan prinsip keadilan sosial. Setiap ucapannya, tindakan dan legislasi yang dilakukan beliau dianggap masih relevan dibahas dalam konteks modern—terutama tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan secara adil.
3. Kesempurnaan Al-Qur’an dan Finalitas Wahyu
Rocky menyebut bahwa Al-Qur’an adalah dokumen yang sudah selesai pada masa Nabi, dan wahyu yang diberikan telah mencakup berbagai dimensi kehidupan: pribadi, alam, akhirat, negara. Pemahaman ini digunakan untuk menegaskan bahwa ajaran Islam memiliki dimensi menyeluruh yang tidak terpisahkan dari praktik sosial dan kepemimpinan.
4. Jihad dalam Bingkai Kebaikan dan Keadilan, Bukan Kekerasan Semata
Dalam interpretasinya, jihad bukan sekadar perang atau konflik fisik, namun meliputi upaya menyebarkan kebaikan, mencegah keburukan, menegakkan keadilan dan norma-norma etis dalam masyarakat. Ini juga menjadi bagian dari tuntutan dan keteladanan Nabi.
Respons Publik: Kekaguman dan Kontroversi
Tak semua menyambut baik. Berikut beberapa reaksi yang muncul:
Implikasi dan Pentingnya Diskusi Seperti Ini
1. Memperluas pemahaman keteladanan Nabi
Diskusi seperti yang dilakukan Rocky Gerung membawa keteladanan Nabi ke ranah yang bukan hanya ritual dan doa, tetapi ke persoalan etika publik, kepemimpinan yang adil, sosial-politik. Ini penting di era modern, ketika umat Islam menghadapi isu seperti pemerintahan yang korup, ketidakadilan ekonomi, dan ketegangan sosial.
2. Menumbuhkan kesadaran akan aspek historis dan fungsional ajaran Islam
Dengan memahami konteks zaman Nabi dan bagaimana beliau menyusun struktur sosial, norma, dan kepemimpinan, umat bisa lebih bijaksana dalam menerjemahkan ajaran-ajaran itu ke konteks kekinian.
3. Risiko polaritas dan penyalahgunaan
Jika diklaim “sangat paham” tanpa kontrol kritis, ada potensi munculnya kultus kepribadian, atau tertutupnya kritik dan dialog dari tradisi keagamaan klasik. Juga, publik bisa salah kaprah bahwa hanya interpretasi kontemporer itu yang relevan, meremehkan warisan ilmu hadis, fiqh, dan tafsir.
Dari berbagai laporan, dapat disimpulkan bahwa Rocky Gerung memang memperlihatkan pemahaman yang cukup mendalam dalam aspek sosial-politik, kepemimpinan, dan etika Islam terkait keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Tak semua menyambut baik. Berikut beberapa reaksi yang muncul:
- Dukungan dan doa: Banyak dari publik, terutama dari kalangan biasa seperti ibu-ibu (“emak-emak”) dan masyarakat umum, menyatakan kekaguman. Beberapa bahkan mendoakan agar Rocky Gerung memperoleh hidayah, karena dianggap telah melakukan sesuatu yang mulia dengan membicarakan Nabi dari sudut pandang kepemimpinan dan keteladanan.
- Pertanyaan agama pribadi: Karena cara Rocky membahas keteladanan Nabi dan mengisi ceramah Maulid Nabi, ada yang mempertanyakan apakah ia sudah menjadi muslim atau belum. Bagi sebagian orang, menyampaikan ceramah tentang Muhammad SAW dianggap identik dengan keyakinan resmi dalam Islam, sehingga ada yang heran bila pemateri tidak secara terbuka menyebut dirinya muslim.
- Kritik atas metodologi dan pengucapan konseptual: Beberapa pihak skeptis tentang apakah Rocky benar-benar memahami aspek-aspek keagamaan tradisional , misalnya syahadat, ritual, tradisi tafsir klasik, karena fokusnya lebih ke etika, politik, dan historis. Kritik ini muncul terutama dari mereka yang merasa bahwa pembicaraan tentang Nabi harus juga melibatkan aspek teologis dan ritual yang lebih teknis.
Implikasi dan Pentingnya Diskusi Seperti Ini
1. Memperluas pemahaman keteladanan Nabi
Diskusi seperti yang dilakukan Rocky Gerung membawa keteladanan Nabi ke ranah yang bukan hanya ritual dan doa, tetapi ke persoalan etika publik, kepemimpinan yang adil, sosial-politik. Ini penting di era modern, ketika umat Islam menghadapi isu seperti pemerintahan yang korup, ketidakadilan ekonomi, dan ketegangan sosial.
2. Menumbuhkan kesadaran akan aspek historis dan fungsional ajaran Islam
Dengan memahami konteks zaman Nabi dan bagaimana beliau menyusun struktur sosial, norma, dan kepemimpinan, umat bisa lebih bijaksana dalam menerjemahkan ajaran-ajaran itu ke konteks kekinian.
3. Risiko polaritas dan penyalahgunaan
Jika diklaim “sangat paham” tanpa kontrol kritis, ada potensi munculnya kultus kepribadian, atau tertutupnya kritik dan dialog dari tradisi keagamaan klasik. Juga, publik bisa salah kaprah bahwa hanya interpretasi kontemporer itu yang relevan, meremehkan warisan ilmu hadis, fiqh, dan tafsir.
Dari berbagai laporan, dapat disimpulkan bahwa Rocky Gerung memang memperlihatkan pemahaman yang cukup mendalam dalam aspek sosial-politik, kepemimpinan, dan etika Islam terkait keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Wacana yang dibawanya membuka ruang bagi umat untuk melihat Nabi tidak hanya sebagai figur religius tradisional, tetapi juga sebagai teladan kepemimpinan dan moral yang relevan bagi tantangan zaman sekarang.
Namun, klaim “sangat paham” tetap mesti dilihat secara proporsional: ada bidang-bidang keagamaan tradisional yang nampaknya kurang disentuh secara rinci dalam pembahasannya, dan perlu dialog terus menerus agar pemahaman ini seimbang: antara spiritualitas, ritual, teks klasik, dan aplikasi kontemporer.
Namun, klaim “sangat paham” tetap mesti dilihat secara proporsional: ada bidang-bidang keagamaan tradisional yang nampaknya kurang disentuh secara rinci dalam pembahasannya, dan perlu dialog terus menerus agar pemahaman ini seimbang: antara spiritualitas, ritual, teks klasik, dan aplikasi kontemporer.
(as)
#RockyGerung #KeteladananNabi #MaulidNabi #IslamKontemporer #PemikiranRockyGerung #TeladanMuhammad #EtikaKepemimpinan