"Keras! Seorang perwakilan pendemo lantang membacakan draf surat pengunduran diri Bupati Pati Sudewo di tengah demonstrasi yang memanas."
1. Latar Belakang Krisis
Pada Rabu, 13 Agustus 2025, Pati diliputi ketegangan. Ribuan warga turun ke jalan, menuntut Sudewo mundur dari jabatan, kemarahan mereka dipicu oleh rencana kenaikan PBB-P2 hingga 250%. Kebijakan itu dianggap tidak adil, dan meski akhirnya dicabut, banyak warga menilai dampaknya sudah terlalu besar untuk dimaafkan.
2. Momen Simbolik dari Aksi Demo
Dalam suasana tegang itu, seorang perwakilan pendemo berdiri di depan gedung DPRD Pati dan membaca draf surat pengunduran diri yang diklaim atas nama Bupati Sudewo. Adegan itu merekam simbol perlawanan rakyat terhadap kepemimpinan yang dianggap lupa aspirasi publik.
3. Tuntutan Tak Hanya Pajak
Aksi tidak hanya terfokus pada pajak. Warga juga memprotes kebijakan lima hari sekolah, pembongkaran masjid bersejarah Alun-Alun, proyek jumbotron mahal, renovasi besar-besaran Alun-Alun, dan pemecatan tenaga medis di RSUD Soewondo. Tuntutan ini mencerminkan kegeraman yang lebih luas terhadap berbagai keputusan yang dianggap tidak berpihak rakyat.
Aksi tidak hanya terfokus pada pajak. Warga juga memprotes kebijakan lima hari sekolah, pembongkaran masjid bersejarah Alun-Alun, proyek jumbotron mahal, renovasi besar-besaran Alun-Alun, dan pemecatan tenaga medis di RSUD Soewondo. Tuntutan ini mencerminkan kegeraman yang lebih luas terhadap berbagai keputusan yang dianggap tidak berpihak rakyat.
4. Aksi Melambung Hingga Ribuan, Berujung Ricuh
Jumlah peserta aksi diperkirakan mencapai hingga 100.000 orang—menjadikannya unjuk rasa terbesar dalam sejarah Pati. Situasi yang awalnya damai berubah ricuh setelah massa merasa tak ditanggapi. Polisi kemudian menembakkan gas air mata, dan kerusuhan terjadi; sejumlah aparat dan warga terluka . Polisi juga menahan 11 orang yang diduga provokator .
Jumlah peserta aksi diperkirakan mencapai hingga 100.000 orang—menjadikannya unjuk rasa terbesar dalam sejarah Pati. Situasi yang awalnya damai berubah ricuh setelah massa merasa tak ditanggapi. Polisi kemudian menembakkan gas air mata, dan kerusuhan terjadi; sejumlah aparat dan warga terluka . Polisi juga menahan 11 orang yang diduga provokator .
5. Posisi Pemerintah dan DPRD
— DPRD Pati segera membentuk Pansus (Panitia Khusus) hak angket untuk menelaah tuduhan terhadap Sudewo. Rapat pertama dijadwalkan rampung dalam 3–4 hari, sebelum dibawa ke paripurna .
— Pemerintah Pusat, melalui Mensesneg dan Mendagri, menyerukan agar unjuk rasa tidak disubordinasikan kepentingan politik dan menekankan mekanisme resmi yang seharusnya dipakai warga untuk menyampaikan aspirasi.
— Partai Gerindra, partai yang menaungi Sudewo, memberikan teguran internal dan berjanji membina sang bupati agar lebih berhati-hati bersikap sebagai pejabat publik.
6. Narasi Hoaks di Tengah Massa
Viral di media sosial: video yang menampilkan pembacaan surat pengunduran diri oleh pendemo, disangka sebagai pengunduran diri resmi. Namun, konfirmasi resmi menyatakan bahwa Sudewo tidak pernah menandatangani surat tersebut; ini hanyalah alat simbolik demonstran, bukan dokumen resmi pengunduran diri.
(as)