Fatahillah313, Jakarta - Serangan udara Israel pada Rabu pagi (28/5) menghantam Bandara Internasional Sana’a dan menghancurkan satu-satunya pesawat Yemenia Airlines yang dijadwalkan mengangkut jemaah haji asal Yaman. Insiden ini memicu kecaman internasional karena berdampak langsung pada keberangkatan ribuan calon jemaah ke Tanah Suci.
Direktur Bandara Internasional Sana’a, Khaled Al-Shaif, mengonfirmasi bahwa pesawat komersial tersebut tengah dipersiapkan untuk memberangkatkan sekitar 2.000 jemaah haji menuju Jeddah, Arab Saudi. Ini merupakan penerbangan haji pertama dari Sana’a sejak pecahnya konflik sipil yang memutus akses udara langsung ke luar negeri selama bertahun-tahun.
“Pesawat itu adalah satu-satunya yang tersisa dan siap untuk membawa jemaah. Kehancurannya mengancam keberangkatan mereka ke Mekkah,” ujar Al-Shaif dalam pernyataan resminya.
Serangan yang dilakukan Israel disebut sebagai respons terhadap peluncuran rudal oleh kelompok Houthi ke wilayah Israel pada hari sebelumnya. Meskipun tidak ada korban jiwa dilaporkan, serangan ini merusak landasan pacu dan menara kontrol, menyebabkan penutupan penuh operasional bandara.
Pemerintah Iran dan beberapa organisasi internasional mengecam keras serangan tersebut. Iran menyebutnya sebagai “kejahatan perang” dan tuduhan bahwa Israel sengaja menargetkan pesawat jemaah haji demi mengganggu ibadah kaum Muslimin di Yaman.
Serangan ini menimbulkan kekhawatiran besar terhadap kelangsungan misi kemanusiaan dan keagamaan di wilayah konflik tersebut. PBB menyerukan agar seluruh pihak menahan diri dan menghormati hukum humaniter internasional, terutama dalam konteks pelindungan terhadap warga sipil dan fasilitas nonmiliter seperti bandara dan penerbangan ibadah.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Israel terkait keterkaitan langsung serangan ini dengan aktivitas haji, meskipun insiden tersebut dinilai sebagai salah satu titik eskalasi paling sensitif dalam konflik regional yang terus berkembang.