Dia pun menilai bahwa kenaikan harga BBM berisiko menyebabkan stagflasi, sebagai rambatan efek dari kenaikan berbagai harga. Bahkan, Achmad mengkhawatirkan terjadinya PHK besar-besaran.
“Pabrik-pabrik juga akan keberatan menghadapi dampak dari kenaikan harga BBM ini,” katanya. Achmad mengibaratkan masyarakat Indonesia sudah jatuh lalu tertimpa tangga. Belum usai derita akibat pandemi Covid-19, kini masyarakat menghadapi kenaikan harga BBM dan risiko lonjakan harga berbagai kebutuhan.
Kenaikan harga BBM itu problematis karena menurut Achmad dalam beberapa waktu terakhir harga minyak global turun. Lalu, pemerintah malah menggunakan APBN untuk proyek mercusuar seperti ibu kota negara (IKN) dan kereta cepat, bukannya untuk melindungi masyarakat. “Bantalan sosial yang digelontorkan sebesar Rp24,17 triliun tidak akan sebanding dengan tingkat risiko yang akan ditanggung atas kebijakan kenaikan BBM,” ujarnya.
Author: Wibi Pangestu Pratama
Editor : Rio Sandy Pradana
Sumber Berita : BISNIS