Kemerdekaan Palestina di Depan Mata

Amerika Serikat dan Eropa mulai menekan Israel untuk menyepakati kemerdekaan Palestina.

Fatahillah313, BRUSSEL – Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menolak berdirinya negara Palestina jadi senjata makan tuan. Menanggapi pernyataan itu, desakan kemerdekaan Palestina justru makin kencang digaungkan oleh negara-negara Barat.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada Jumat (19/1/2024) bahwa satu-satunya solusi damai terhadap konflik Israel-Palestina termasuk pembentukan negara Palestina. Dalam pernyataan paling keras dari pejabat Uni Eropa, ia berpendapat bahwa hal ini mungkin perlu “dipaksakan dari luar,” tanpa persetujuan Israel.

Borrell, dalam pidatonya di Universitas Valladolid di Spanyol, mengatakan bahwa tanpa intervensi internasional, “spiral kebencian akan terus berlanjut dari generasi ke generasi,” menurut beberapa media Spanyol.

“Para aktor yang terlibat terlalu bertentangan untuk bisa mencapai kesepakatan secara mandiri,” kata Borrell. “Jika semua orang mendukung solusi ini, komunitas internasional harus menerapkannya.”


Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan keamanan jangka panjang Israel di wilayah tersebut dan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza tanpa pembentukan negara Palestina. Tekanan internasional untuk memajukan solusi dua negara semakin meningkat setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang disusul serangan brutal Israel ke Jalur Gaza yang telah membunuh lebih dari 24 ribu orang.

Sejauh ini, para pejabat Israel enggan membuka kemungkinan menyepakati kemerdekaan Palestina. Israel menilai keuntungan apapun bagi warga Palestina setelah peristiwa 7 Oktober hanya akan memberikan kemenangan bagi Hamas.

Berbicara pada konferensi pers, Miller mengatakan Israel mempunyai peluang saat ini karena negara-negara di kawasan siap memberikan jaminan keamanan kepada Israel.

“Tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka panjang [Israel] untuk memberikan keamanan yang langgeng, dan tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza, membangun pemerintahan di Gaza dan memberikan keamanan bagi Gaza, tanpa adanya pembentukan negara Palestina,” kata Matthew Miller ketika diminta untuk menanggapi Netanyahu pada konferensi pers.

Beberapa jam sebelumnya, Netanyahu mendapat tekanan menyusul laporan NBC News yang mengatakan AS sedang merencanakan era pasca-Netanyahu setelah dia menolak proposal kemerdekaan Palestina sebagai syarat normalisasi dengan Arab Saudi.

Netanyahu dilaporkan mengatakan kepada Washington bahwa dia keberatan dengan pembentukan negara Palestina yang tidak menjamin keamanan Israel, karena negara tersebut masih belum pulih dari serangan-serangan yang menghancurkan. “Saya mengklarifikasi bahwa dalam pengaturan apa pun di masa mendatang, dengan atau tanpa kesepakatan, Israel harus memiliki kendali keamanan atas seluruh wilayah sebelah barat Sungai Yordan. Itu adalah kondisi yang diperlukan,” kata Netanyahu di Tel Aviv dilansir the Times of Israel, kemarin.

Dia masih bersikeras bahwa ketiadaan status kenegaraan Palestina tidak menghalangi perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab beberapa tahun yang lalu dan dia masih bermaksud untuk menambahkan lebih banyak negara ke dalam perjanjian tersebut. Pernyataan-pernyataan Netanyahu itu menunjukkan bahwa kepemimpinannya atas Israel adalah halangan terbesar untuk solusi dua negara saat ini.


Sementara itu, Miller mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan para pemimpin Arab selama perjalanannya ke Timur Tengah pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berhasil mendapatkan komitmen dari negara-negara di kawasan yang mengatakan mereka akan berpartisipasi dalam rekonstruksi Gaza. Mereka juga akan berpartisipasi dalam membantu pembentukan pemerintahan Gaza yang dipimpin oleh Palestina, dengan syarat jika ada jalan nyata menuju pembentukan negara Palestina.

“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda melihat negara-negara di kawasan ini siap untuk mengambil langkah maju dan berintegrasi lebih jauh dengan Israel serta memberikan jaminan keamanan nyata kepada Israel dan Amerika Serikat juga siap memainkan perannya, namun mereka semua sudah siap untuk melakukan hal yang sama. untuk memiliki mitra yang bersedia di sisi lain,” lanjut Miller.

“Ada peluang bersejarah yang harus dihadapi Israel… dan kami berharap negara ini akan mengambil peluang itu,” tambahnya.

Israel dan pendukung terbesarnya, Amerika Serikat, saat ini terlihat berselisih, dengan Netanyahu dan koalisinya yang sebagian besar berhaluan kanan menolak pembentukan negara Palestina meskipun Washington berpendapat bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya cara yang layak untuk mewujudkan perdamaian abadi dibregional tersebut.

Meskipun ada perbedaan pendapat, dukungan AS terhadap sekutu lama Israel “tetap kuat,” kata Miller. “Ini bukan soal Amerika Serikat yang menekan mereka untuk melakukan apa pun. Ini tentang Amerika Serikat yang memberikan peluang yang mereka miliki.”

Sementara itu, juru bicara Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menegaskan bahwa tidak akan ada keamanan dan stabilitas di kawasan tanpa negara Palestina, sebagai tanggapan atas pidato Netanyahu.

“Tanpa pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya sesuai perbatasan tahun 1967, tidak akan ada keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut,” kantor berita Palestina WAFA mengutip juru bicara Abbas, Nabil Abu Rdeineh, pada Kamis. Palestina menginginkan Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel pada 1967, sebagai wilayah negara mereka.

Sumber : REPUBLIKA